ketika ucap bibir dimaknai sebagai menuduh, menghakimi dan juga mengancam maka biarkan jari jari yang menggantikannya

senandung [senyap] cinta pertama

9 November 2010

[aku memandangnya setiap pagi hingga siang menjelang.memandangnya lama tanpa pernah ia sadari atau entah tak mau ia sadari...]

gadis hitam manis berlesung pipi bersenyum luarbiasa ini adalah pangkal traumaku tentang cinta terpendam.cinta senyap yang tak pernah berani berucap meski lirih dan terbata.

aku membencinya teramat sangat karena ketertutupan sorot matanya,ketidakpekaan akut tentang lingkungan yang mengitarinya.aku membenci bukan secara personalitasnya tapi karena lingkungan yang menggaulinya.lingkungan yang menjerat dan menutupi celah pergerakannya ke dunia luar.

dia begitu sibuk dengan apa yang kusebut 'dunianya'.tak peduli bahwa dunia terbelah belah menjadi berbagai bagian .aku tak pernah melihat dia menyenandungkan kidung pertanda bahwa dia tahu ada dunia lain.dia terlalu asik,sibuk dengan dunianya dan benar benar tak peka!

aku membencinya teramat sangat,karena dirinya aku terpaksa menjadi laki laki pecundang yang tak pernah berani menyentuh raga jiwanya meski sebenarnya tak berjarak sama sekali dalam ukuran meter.kami satu sekolah.satu kelas bahkan.tapi aku merasa di belahan benua tak terjangkau yang tak kasat mata.kami dekat tapi jauh tak terkira...

aku marah,atas ke-pengecut-anku.atas diam yang tak pernah bisa aku paksa usik meski hanya ucap lirih terbata.aku marah atas diri sendiri yang tak pernah berani mendobrak tebal gerbang 'dunia'nya.

(aku tak menyesal dengan apa yang kuraih sekarang ini,tetapi aku menyesal menjadi laki laki bisu yang akhirnya menjadi tuli menanti jawabnya)


Share

1 comments:

nanang handoyo mengatakan...

congratz ay

Posting Komentar

silahkan cuih disini: