ketika ucap bibir dimaknai sebagai menuduh, menghakimi dan juga mengancam maka biarkan jari jari yang menggantikannya

pada jumat siang

5 Maret 2010

gontai tapak kakiku menyangga beban raga yang terdehidrasi karena pelukan mesin mesin tua...

sayu mataku,nanar menatap hegemoni kaum mapan yang bukan golonganku,sedang bersuka ria dengan kesukaanya

erat kupacu besi tua berodaku, menembus pekat egoisme para pemilik hiper obsesi yang mendewakan satu detik diantara ribuan detik yang sebenarnya telah cukup tersediakan di setiap kemunculan dan tenggelamnya matahari. sejatinya tak ada yang memburunya,selain kerakusan duniawi dan ketakutan ketakutan abstrak dari hati kosongnya itu

rumah terbaik dimuka bumi itu melantunkan seruan suci yang terekam hingga ke dimensi seluruh jagad raya.
seruan lantang yang sanggup menggetarkan gunung dan laut sekalipun.seruan yang terbuktikan terdengar sampai di luar angkasa justru oleh kaum yang tak mempercayainya

aku menggigil,merasakan sejuk air berkaporit menyengat hidung itu membasahi tangan,mulut,hidung,kepala,telinga dan kaki,rangkaian penyucian yang menjadi salah satu syarat keabsahan.

duduk bersimpuh,takzim melawan musuh insom yang entah kenapa selalu datang ketika aku duduk seperti ini,ditempat seperti ini.


laki laki itu berwibawa.tajam matanya menyapu para lakilaki yang siap menjadi penumpang dalam perahu keimanan yang akan ia nahkodai nanti.

laki laki itu lantang meneriakkan tentang hakikat dan khitah mahkluk bernama manusia diizinkan menghirup oksigen di muka bumi

laki laki itu merdu,melantunkan kalimah terbaik tak ada tanding di jagad raya ini.mengartikanya agar menjadi pengingat dan pedoman bagi para pendosa pendosa seperti aku.

hanya dengan durasi sepertiga permainan sepakbola 'perahu' berpenumpang lebih dari 40 orang itu siap melaju.merapatkan tapak kaki kami,menguji seberapa besar konsentrasi otak otak kotor seperti aku ini sanggup mempasrahkan diri

menghela napas dalam dalam,ketika gerakan terakhir usai.
aku bersiap menjadi hamba tak tau diri...

ya!!! tak tau diri,karena begitu rakus meminta tetapi pelit bersyukur,bertubi tubi tergelincir dalam licinnya tabiat kealpaan,berkali kali jatuh dalam lubang penuh larangan

tapi aku selalu yakin,dan akan yakin selamanya bahwa pintuNYA tak akan pernah tertutup ketika aku mengetuknya.entah akan segera IA bukakan atau menunggu hingga aku sering datang mengetuknya kembali dengan pakaian yang bersih dan lebih sopan...

aku kotor,tak tau diri, juga pendosa.tapi izinkan aku untuk mengetuk pintuMU...TUHAN
mengetuk untuk meminta apa yang menjadi keinginan(meski rakus ) hamba sebagai makhluk ciptaanMU.
meminta ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan meski mungkin aku akan mengulangi karena kealpaanku...

0 comments:

Posting Komentar

silahkan cuih disini: