ketika ucap bibir dimaknai sebagai menuduh, menghakimi dan juga mengancam maka biarkan jari jari yang menggantikannya

darwati dwi estetika,sebuah cerita hidupku...

27 Januari 2010

Gadis pendiam itu tertunduk,dalam sekali leher jenjangnya ia tekuk.Jari jari lentiknya ia biarkan saling beradu,saling menyentil satu sama lain.Hanya sesekali ia berani menatapku,sungguh dalam tapi tak pernah lama.Bibir tipisnya hanya terkatup rapat,tak bisa menerjemahkan perintah otak dan hatinya untuk sekedar menjawab permintaanku.

Permintaan yang hanya mempunyai dua jawaban.
Ya atau Tidak..!!!

Aku berusaha menghambat waktu,menunggu di detik keberapa jawaban itu akan terucap.Begitu lama dan membuat sesak...
Aku meraba hati,luka yang sebenarnya belum pulih benar ini akan kembali terkoyak seiring jawabanya.Tapi aku sudah siap.Benar benar siap menjadi pecundang dalam persaingan sehat para pesaingku.
Aku tak akan menyesal kali ini,seandainya harus benar benar menelan pil pahit sebuah penolakan.Tak ada yang bisa aku banggakan kepada gadis ini,sekedar untuk menjadi pertimbangannya.
Hanya langkah dua kaki,bersendal jepit,berdompet tipis yang aku bawa ketika menuju ke kamar kostnya.Sangat berbeda dengan para pesaingku,yang memanjakan kakinya dengan sebuah transportasi penuh prestige.

Kembali aku menghela napas.Kali ini begitu panjang dan dalam...
Bayangan akan sebuah penolakan cinta telah menari nari di kelopak mata.Waktu sebagai ukuran etika berkunjung juga sudah menunjukan senyum tak ramah.10 menit terakhir yang akan sangat menentukan.

Aku hampir berucap salam terima kasih dan permintaan maaf atas kelancanganku memberanikan diri meminta sebuah komitmen.
Hingga akhirnya,tanya itu terjawab dalam 5 menit terakhir sebelum etika benar benar mengusirku.
Bukan dari bibir,lidah dan mulut ia memberikan jawaban...
Leher yang sedari tadi tertekuk begitu dalam,akhirnya bergerak dua kali ke arah atas dan bawah.
Sepasang matanya, yang hanya berani sebentar menatapku telah memberikan jawaban manis akan semua pertanyaanku.
Dia menerimaku....

Bibit itu akhirnya kami tanam bersama,kami pupuk,kami siram.
Duh...ternyata pohon bernama kesetiaanbenar benar menjadi sesuatu yang memerlukan energi 10x lipat daripada sekedar mendapatkan jawaban itu.Angin,hama,panas,hujan dan gangguan lainya menerpa pohon yang kami tanam itu.Tapi dengan izinNYA,pohon itu akhirnya mampu bertahan 7 tahun lebih untuk selanjutnya kami putuskan untuk kami tebang,belah dan paku menjadi sebuah biduk kecil.

1 mei 2007,biduk itu siap di dermaganya.Tak ada perayaan besar besaran dalam pelepasan biduk kecil itu...
Biduk kecil yang sadar,riak gelombang akan menguji mereka menuju pulau harapan nan sakinah,mawaddah,warohmah

1 comments:

Anonim mengatakan...

harta g jd ukuran mas. kalo dah sreg d hati,jare wong jowo dah nemu kemistri ya apapun pasti dterima dg ikhlas. wkt bpk sy nanya apa g ada laki2 lain langsung sy jawab g mau yg laen. ngotot ya? tp sy akan pd bapak kalo pilihan sy tidak salah. by bu e sekar.

Posting Komentar

silahkan cuih disini: