ketika ucap bibir dimaknai sebagai menuduh, menghakimi dan juga mengancam maka biarkan jari jari yang menggantikannya

dengarkan curhatku,insomnia

31 Januari 2010

angin,please lepaskan
pelukanmu...

biarkan mata ini
memandang jelas
terangnya malam.
biarkan tubuh ini
merasakan hangatnya
udara jakarta yang
pengap.

lidah dan perutku
kurang bersahabat
berteman dengan nasi
yang masak karena
melimpahnya takaran air.

please angin....


hey insomnia,tunggu!
tunggu sebentar,aku tau
kamu terburu buru
berjanji dengan gerimis
yang gan...jjj...nn itu.

ah sudahlah,aku hanya
ingin curhat denganmu
sebentar saja.
tak bakal lebih dari
waktu rokok ini
menyala...

insomnia,hari ini aku
merasa berdosa sekali.
bersalah dan menjadi
tak enak hati...

sang dewi agak terluka
oleh sebuah kabar yang
kukirim tadi siang.
kabar yang ketika aku
menulisnya pun penuh
dengan rasa
waswas,cemas,ngeri dan
sedikit cemburu meski
aku tambahkan kesan
becanda.

tapi pesan yang kukirim
itu adalah sebuah
amanat,insomnia!

bagaimana menurut
pendapatmu insomnia?
please,kali ini kamu tak
boleh diam.karena
diammu hanya
membuatku merasa
makin bersalah.

aku tak mau senyum
yang hampir merekah
dari sang dewi kembali
terkulum hanya karena
masalah itu.

ah
insomnia,sariawankah
dirimu???
kenapa kau menatap
terus jarijariku?adakah
yang salah?

baiklah aku
jujur,memang aku
barusan menari untuk
sang dewi.
tapi tarianku jadi agak
kikuk,kaku dan sering
salah gerakan.
entah
kenapa aku menjadi lupa
sebagian gerak
tarianku yang telah kukuasai beberapa minggu yang lalu.
padahal aku
hanya abdi dalem dari
kasta terendah yang
'kebetulan' diberi
kesempatan menghibur
sang dewi.

aku lancang duhai insomnia!!!

aku merasa bersalah
insomnia!

okey,silahkan kau pergi
insomnia.
tak perlu kau jawab
semua keluh kesahku....


biarkan,aku menanti
putusnya hubunganmu
dengan gerimis yang
ganjen itu!!!

0 comments:

Posting Komentar

silahkan cuih disini: