ketika ucap bibir dimaknai sebagai menuduh, menghakimi dan juga mengancam maka biarkan jari jari yang menggantikannya

rindu, pulang

18 Februari 2010

sore tadi aku hanya menyempatkan diri 10 menit melongok jendela chating.ehmm temen temen gengku tak aku pedulikan sapaanya.penggoda bernama influenza berhasil menahan jempolku untuk menari bergabung dengan teman teman yang lain...

kualihkan sebentar jendela chatingku menuju sahabat lama di YM yang ternyata telah ada sejak sore.tapi itupun tak lama.lewat beberapa baris pesan yang ia tulis,aku segera mengakhiri chating dengannya demi mengetahui rumah diblogspotnya telah ia benahi kembali.....

aku meluncur tak sabar,ingin segera menikmati 'rasa' dari tulisannya yang sekian lama aku tunggu.aku terpaku menatap salah satu postingannya tentang kampung halaman...

Ahhhh anganku melayang cepat menuju ke sebuah rumah gedhek yang tak lebih bagus dari kandang sapi.rumah yang menjadi pemandangan tak sedap bagi tetangga tetangganya,juga seluruh kampungnya.tapi aku begitu rinduuu

ya,rumah gedhek yang mungkin akan dibedah dalam reality show sebuah tv swasta itu adalah rumah orang tuaku.istana yang kudiami sejak aku resmi bernama bayi pada 30 tahun silam.
rumah yang laksana surga bagiku meski harus tidur pontang panting ketika hujan deras mengguyur karena atapnya yang terlalu lama tak bisa ditambal kebocorannya.
sebuah rumah yang aku berani persaingkan dengan rumah rumah diseluruh purworejo,atau malah indonesia dalam hal kebahagian dan kerukunan sebuah keluarga.

aku begitu rindu dengan sesosok perempuan tua,berambut putih,keriput dan agak terbungkuk ketika berjalan menyambut kedatangan anak anaknya diwaktu lebaran yang lalu.
perempuan terbaik dalam hidupku yang mempertaruhkan segenap nyawa dan harga diri untuk ke enam anak anaknya.
perempuan yang akan menciumku bertubi tubi ketika aku datang setahun sekali...

aku juga rindu setengah mati dengan sesosok lakilaki tua,berhidung mancung dan telah memutih seluruh rambut di kepalanya.
seorang lakilaki yang menjadi tulang punggung keluarga tanpa pernah aku dengar keluh kesahnya dalam menahkhodai perahu yang bocor sana sini.
seorang lakilaki yang tak pernah sekalipun marah sepanjang aku mengenalnya.

duh angin,maukah kamu menengok mereka sebentar?
sudah tidurkah mereka?atau justru sedang membicarakan anak anak dan cucu cucunya?

aku ingin pulang,ingin mencium pipi kedua manusia paling kusayangi itu.
ingin pulang,meski harus pergi kembali untuk mewujudkan cita cita mereka yang belum bisa aku dapatkan sampai saat ini...

aku kangen simbok
aku kangen bapak
aku rindu asrinya cokroyasan
aku rindu menghabiskan tehmanis sisa yang mereka minum...

0 comments:

Posting Komentar

silahkan cuih disini: